WISATA SEJARAH

"MAKAM GIRIGONDO (Makam Keluarga Paku Alaman)"



Makam raja-raja (adipati) Kadipaten Paku Alaman terletak di Dusun Girigondo, Kaligintung, Temon, Kulon Progo. Keletakan makam ini hampir sama dengan keletakan makam raja-raja di Pajimatan Imogiri, yakni berada di atas sebuah bukit. Untuk menuju ke kompleks makam orang pun harus meniti sejumlah anak tangga.



Setidaknya makam ini dibagi dalam tiga pengelompokan. Kelompok paling utara merupakan kelompok terpenting. Di makam Girigondo ini dimakamkan keluarga Paku Alaman khususnya Paku Alam V sampai dengan Paku Alam VIII. Sedangkan Paku Alam I sampai dengan Paku Alam IV dimakamkan di Kotagede, menjadi satu dengan kompleks makam raja-raja Mataram. Hal ini terjadi karena pada masa pemerintahan Paku Alam I-IV belum ada atau tersedia makam khusus untuk keluarga Paku Alaman.




Baru pada masa pemerintahan Paku Alam V lah tanah untuk makam keluarga itu diusahakan. Ceritanya, pada suatu ketika ada seorang tabib yang meminta pada Paku Alam V untuk dapat menyiapkan tempat pemakaman bagi keluarga Paku Alaman dengan tempat di daerah Paku Alaman. Paku Alam V setuju dengan syarat tanah yang akan digunakan untuk makam tersebut dipandang baik. Konon, tanah calon makam di Girigondo tersebut berbau harum sehingga kompleks makam tersebut kemudian dinamakan Girigondo. Giri berarti gunung dan gondo (mestinya ditulis ganda) berarti bau (harum). Kompleks makam ini mulai dibangun pada tahun 1900. Paku Alam V (1878-1900) pulalah yang mula-mula dimakamkan di Girigondo ini kemudian disusul dengan Paku Alam VI-VIII beserta kerabat yang lain.

Sedangkan tokoh-tokoh atau kerabat lain dari Paku Alaman yang dimakamkan di sini ada sekitar 50-an. Kompleks makam ini juga dilengkapi dengan dua buah bangsal, kamar mandi, dan kamar kecil. Sedangkan di bagian bawah (plataran) dari makam ini dilengkapi dengan masjid, sumur, dan tempat parkir kendaraan.




Kelengkapan data keluarga Paku Alaman yang dimakamkan di Girigondo adalah sebagai berikut :

1. KGPAA Paku Alam V (Aryo Suryodilogo)
2. KGPAA Paku Alam VII (Gusti Bagus)
3. Garwo PA VII
4. KGPAA Paku Alam VI (Noto Kusumo)
5. Garwo Paku Alam VI
6. Gusti Noto Dirojo
7. KPH Suryaningprang
8. Garwo Suryaningprang
9. GBRA Bratadiningrat
10. BRMA Notoatmojo
11. Garwo Notodirojo
12. Garwo Notodirojo
13. KRMT Notosubroto
14. Garwo Notodirojo
15. BRM Suryosudiro
16. BRM Haryonotodiningrat
17. RM. Haryosuryoputro
18. Garwo Suryosudirjo
19. KGPAA Paku Alam VIII
20. Ir. KRT Sugoto Kartonegoro
21. Garwo Ir. KRT Sugoto Kartonegoro
22. Prof. Mr. KRT Harjono Juru Martani
23. KPH. Nototaruno
24. Prof. Mr. KPH. Hadiwijayaningprang
25. BRAy. Kuspinah Hapsoro
26. Garwo Prof. Mr. KRT. Harjono Juru Martani
27. Hj. BRAy. Notowinoto
28. BRAA. Purbo Adikusumo
29. BRA Rio Sugirwo Cokrowardoyo
30. KPH Suryoatmojo
31. BRA Kussabandinah
32. Ir. KRT Sutiyono Tirtonagoro
33. Drs. R. Prawoto Joyoaminoto
34. RA. Sumarnoresmi (garwa ampeyan PA VII
35. --------- (nomor ini tidak tercatat dalam daftar makam di kompleks Makam Girigondo)
36. BR, Mandoyoretno (garwo ampeyan PA V
37. RA Tejosari
38. Prof. Ir. KRMTH Wrejsodiningrat
39. BRA Notodiningrat
40. RAy. Talita Suharso
41. BRA Pramadiresmi (garwo ampeyan PA) – (tidak dijelaskan PA ke berapa)
42. Putra Talita Suharso
43. KRT Ir. Kusumaningrat
44. Garwo II Suryaningprang
45. s/d 49 tidak diketahui
46. Destrik Suryodilogo
47. H. Dullah Irsyad (jurukunci)
48. Istri Dullah Irsyad
49. K. Ahmad Sajadi (jurukunci)

Sedangkan denah makam Girigondo adalah sebagai berikut.
Sumber www.tembi.org





"PAROKI SANTA MARIA LOURDES PROMASAN"

Sejarah lahirnya Paroki Promasan merupakan kelanjutan dan perkembangan dari Pastoran dan Paroki Santa Theresia Lieseux Boro pada tahun 1930 serta peristiwa pembaptisan 173 orang di Sendangsono tanggal14 Desember 1904.

Bermula dari benih-benih iman kristiani yang ditaburkan di sekitar Kalibawang, tumbuh dan berkembanglah umat Katolik di Promasan. Pada tanggal 20 Mei 1904, bertepatan dengan Rari Raya Pentakosta, empat orang dari sekitar Kalibawang dibaptis oleh Romo F. van Lith, SJ di Muntilan. Keempat orang tersebut lalu memperkenalkan ajaran iman kristiani. Berkat jasa keempat orang tersebut, iman kristiani di sekitar Kalibawang terutama Sendangsono berkembang. Salah satu dari keempat orang baptisan pertama tersebut adalah Bapak Barnabas Sarikromo. Bapak Barnabas Sarikromo berkeliling di sekitar Promasan, Tuksongo, Semagung, Kajoran, Kalisentul dan Kerug untuk mengajar agama ("wulangan agama"). Berkat usaha dan perjuangan Bapak Barnabas, pada tanggal 14 Desember 1904, 173 orang dibaptis di Sendangsono. Mereka yang dibaptis berasal dari lingkungan Tuksongo, Semagung dan Kajoran. Karena pengabdiannya pula, Paus menganugerahkan penghargaan yang besar. Beliau menjadi tokoh besar dalam pengembangan iman kristiani di Kalibawang. Setelah peristiwa pembaptisan terhadap 173 orang tersebut, iman kristiani berkembang pesat. Mereka yang dibaptis tahun 1904 tersebut, tiap hari Sabtu pergi ke Muntilan untuk ikut pelajaran agama dan pada hari Minggu pagi merayakan Ekaristi di gereja Muntilan. Karena perkembangan yang menggembirakan dan untuk melayani umat, pihak misi mengutus Romo Groenwegen SJ menggembalakan umat di sekitar Kalibawang. Tahun 1914 Romo Groenwegen SJ memimpin Perayaan Ekaristi di Kajoran. Pada tahun 1918, Romo Groenwegen SJ mendirikan Sekolah Rakyat di Ploso. Pembangunan selesai tahun 1922. Selain untuk sekolah, Sekolah Rakyat di Ploso juga digunakan untuk merayakan Ekaristi hari Minggu.

Pada tahun 1923 Kalibawang ditetapkan sebagai stasi dari Mendut. Meskipun bagian dari Mendut, tetapi karena alasan ekonomi dan kemudahan, mereka merayakan Ekaristi Gereja Muntilan.

Pada tahun 1924 - 1935, Kalibawang digembalakan oleh Romo Prennthaler SJ. Agar pembinaan iman umat makin efektip, Romo Prennthaler SJ membentuk pamomong (=ketua lingkungan sekarang) untuk Promasan dan Boro. Beliau juga merintis pembangunan Gereja di Promasan.

Karya Romo Prennthaler SJ dilanjutkan oleh Rm. Teppema SJ dan Romo Jasawihardja SJ. Usaha merintis pendirian Gereja dilanjutkan oleh Romo Jasawihardja SJ yang bertugas di Promasan. Pembangunan Gereja berlangsung dari tahun 1937-1940. Akhimya, pada tanggal 18 Desember 1940 Gereja Promasan diresmikan oleh Mgr. Soegijapranata, SJ dan berlindung pada Santa Maria Yang Menampakkan Diri di Lourdes.

Dalam rangka pembinaan umat serta memenuhi kebutuhan Gereja dan Romo, dibentuklah Aksi Katolik (semacam DP jaman sekarang). Aksi Katolik ini terdiri dari guru agama, pamomong dan pemuka umat. Mereka mengadakan rapat satu lapan sekali tiap Minggu Wage.

Sampai tahun 1958, Promasan merupakan stasi dari Paroki Boro. Tanggal 1 Januari 1959, Promasan ditetapkan sebagai paroki. Sejak saat itu pula, semua administrasi diurus dan dicacat oleh Paroki Promasan.

Tahun 1971-1973, sebagian wilayah Paroki Promasan yaitu Kerugmunggang dan Kenalan bergabung dengan Paroki Mertoyudan. Karena ada kekosongan pastor di Borobudur, tahun 1973, Kerugmunggang dan Kenalan dikembalikan lagi ke Paroki Promasan. Keputusan Kerugmunggang dan Kenalan dikembalikan ke Promasan tertuang dalam Garis Kebijakan KAS mengenai Paroki Borobudur No: 1063/B/I/s/73. Pada waktu itu Paroki Promasan dibagi menjadi 25 kring dengan 8 wilayah.

Sejak tahun 1981, Paroki Promasan mulai memikirkan lingkungan-­lingkungan. Maka mulailah membangun kapel sebagai sarana pengembangan iman umat. Selama penggembalaan Romo VM. Kartasudarma Pr, proses pembangunan kapel mendekati tahap selesai. Sekarang ini ada 11 kapel tersebar di lingkungan dan wilayah yang ada di Paroki Promasan. Selain pengembangan sarana ibadah, umat juga diajak untuk membentuk dan mengembangkan lingkungan yang kuat dan mandiri. Pembenahan administrasi lingkungan menjadi salah satu bentuk pengembangan kekuatan dan kemandirian lingkungan. Dalam rangka pembinaan iman umat agar makin efektip, sejak tahun 1993 ada pelayanan Perayaan Ekaristi di wilayah-wilayah tiap 2 minggu sekali. Selain itu juga dikembangkan pemberdayaan umat dan pelestarian lingkungan alam sekitar. Mengingat sebagian besar umat Paroki Promasan bertani, dikembangkanlah sektor sosial dan gerakan tani lestari. Pengembangan sektor sosial ekonomi ditandai dengan gerakan menanam tanaman keras seperti buah-buahan dan pohon-pohon. Seiring dengan menurunnya produktivitas pangan juga dikembang-kan gerakan tani lestari dengan perhatian utama pada konservasi lahan.

Seturut dengan Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang mencanangkan Arah Dasarnya, Paroki Promasan juga ikut aktif dalam mengejawantahkan Arah Dasar KAS sesuai dengan keadaan Paroki. Secara khusus, sejak tahun 1999, Paroki Promasan mengembangkan diri sebagai Paroki mandiri yang seutuhnya. Salah satu usaha yang ditempuh adalah gerakan untuk tidak bergantung pada donatur. Sejalan dengan hal itu dikembangkan pemberdayaan umat lingkungan dan penguatan ekonomi. Maka tahun 2000, Paroki Promasan mendirikan Koperasi Kredit dalam rangka mendidik umat agar tidak bergantung sepenuhnya pada donatur atau paroki. Sejak itu, juga dikembangkan Gereja yang hidup dengan perhatian pada penguatan paguyuban-paguyuban dan memberikan ruang seluas-luasnya bagi tumbuhnya paguyuban-paguyuban baru. Karena jumlah umat makin banyak, dalam setiap lingkungan dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri antara 15-20 KK. Kelompok-ke1ompok ini sering disebut kelompok Doa. Meskipun demikian, kegiatannya tidak hanya sebatas doa bersama tetapi juga berkaitan dengan sosial kemasyarakatan. Sebagai wujud pemberdayaan umat juga dikembangkan transparansi keuangan. Semua usaha yang dilakukan tersebut dalam rangka pendidikan iman.